SURAT DARI SESEORANG YANG AKHIRNYA MEMUTUSKAN DAFTAR FOMOTOTO

Surat dari Seseorang yang Akhirnya Memutuskan Daftar Fomototo

Surat dari Seseorang yang Akhirnya Memutuskan Daftar Fomototo

Blog Article

Halo, kamu yang sedang membaca ini.
Aku tidak tahu siapa kamu, tapi kalau kamu menemukan tulisan ini, mungkin kamu juga sedang merasa seperti aku dulu: lelah, jenuh, bingung, dan tidak tahu harus bagaimana.

Dunia ini terlalu ramai.
Semua orang bicara. Semua orang tampil. Semua orang ingin dilihat.
Tapi tidak semua orang ingin mendengarkan.
Termasuk aku… bahkan terhadap diriku sendiri.


Aku Tidak Sedang Mencari Game, Tapi Keheningan

Waktu itu aku tidak sedang mencari permainan.
Aku cuma butuh sesuatu yang bisa membuat aku duduk diam dan tidak merasa bersalah karenanya.

Sesuatu yang tidak menilaimu.
Sesuatu yang tidak bertanya,
“Kenapa kamu belum sukses?”
“Kenapa kamu gak produktif hari ini?”
“Kenapa kamu gak kayak dia?”

Dan tanpa sengaja, aku menemukan satu halaman kecil di internet:
daftar Fomototo.


Rasanya Seperti Diterima Tanpa Harus Menjelaskan

Setelah daftar Fomototo, aku mulai masuk ke dunia yang tidak memintaku menjadi apa-apa.
Tidak harus menang.
Tidak harus lucu.
Tidak harus cepat.

Aku hanya perlu menyusun warna.
Tanpa suara. Tanpa notifikasi.
Dan di situ… untuk pertama kalinya dalam waktu lama, aku merasa tenang.


Bukan Soal Puzzle. Tapi Soal Pulang ke Diri Sendiri

Ada sesuatu tentang menyusun warna yang membuatku merasa kembali jadi anak kecil—seseorang yang tidak sedang mengejar apa-apa.
Yang hanya ingin menikmati momen.
Satu demi satu.

Aku sadar, kadang kita tidak butuh terapi mahal, liburan jauh, atau aplikasi canggih.
Kadang kita hanya butuh jeda.
Dan kadang, jeda itu… bisa kamu temukan hanya dengan daftar Fomototo.


Kalau Kamu Membaca Ini…

…dan merasa hidupmu terlalu cepat, terlalu bising, terlalu menuntut,
cobalah berhenti sebentar.
Daftar Fomototo.

Bukan karena itu akan menyelesaikan semua masalahmu.
Tapi karena mungkin, itu akan memberimu cukup ruang untuk mulai mendengarkan dirimu sendiri lagi.

Dan siapa tahu, dari sana kamu bisa mulai pelan-pelan menyusun kembali… yang pernah berantakan.

Salam hangat,
Seseorang yang pernah lupa bagaimana rasanya diam

Report this page